INTERNATIONAL WOMEN’S DAY

March 10, 2021, oleh: superadmin

“Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki, tetapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai” – Nyai Ontosoroh, jelmaan dalam utopisku, bedanya aku bukan Gundik.

Menjadi seorang perempuan di era yang sudah modern, entahlah modern secara apa! Hari ini banyak teman-teman perempuan yang berjuang membunuh hantu-hantu patriarki dan segala bentuk penindasan terhadap perempuan. Di tengah jalan tentunya banyak uang menjadi penghalang apalagi dengan berbagai “katanya” perempuan yang melawan dibilang ingin superior dibanding laki-laki, perempuan yang berpendidikan tinggi dibilang tak tahu diri, perempuan turun ke jalan dibilang jodohnya ketinggalan, dan masih banyak lagi “katanya” narasi-narasi yang menjadi double burden dalam perjalanan berjuang.

Sekian abad perempuan memperjuangkan hak-hak yang harusnya kami dapatkan. Keterwakilan perempuan mulai didapat beranjak dari yang tidak memiliki hak untuk bersuara menjadi keterwakilan 30%. Semakin meningkat namun tidak pula beriringan dengan kebijakan yang ramah, perempuan yang tidak lagi menindas perempuan. Hal ini menjadi catatan bahwa apakah perempuan di parlemen ikut serta dalam satu visi perjuangan perempuan akar rumput?

Baru-baru ini kebijakan yang salah kaprah banyak digaungkan dan mendiskriminasi perempuan, sedangkan kebijakan yang ramah perempuan belum juga mendapat kabar baik. Apakah black feminis harus hadir kembali agar suara akar rumput yang sumbang kembali terperjuangkan, dengan menolak adanya dominasi kelompok parlemen kulit putih yang ternyata punya relasi kuasa lebih besar untuk menindas sesama perempuan?

Begitu pula di Indonesia yang saat ini banyak perempuan yang tidak mendukung sesama perempuan. Perempuan membicarakan perempuan, perempuan menjatuhkan perempuan lain, perempuan mendiskriminasi perempuan dalam berjuang turun ke jalan, advokasi, berjalan, dan melawan menolak hidup yang berkalang lelaki.

Tetapi kembali lagi, bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai, lelaki yang ikut berjuang melawan berbagai hantu yang mendiskriminasi, memarginalisasi, dan menindas perempuan.

#berjalanberiringan

#bukanberjalandidepandandibelakang

 

Penulis : Theresa Riska/20200520268