Diskusi Kolaboratif UMY-Khon Kaen University angkat Isu Mitigasi Erupsi Merapi dan Bencana Kekeringan Thailand

August 14, 2018, oleh: superadmin


Setelah sebelumnya menyelenggarakan Internasional Seminar (11/08/18) dan Lecture Seminar (pagi, 13/08/18), dalam rangkaian kegiatan kunjungan 6 (enam) mahasiswa pascasarjana dan 4 (empat) dosen Khon Kaen University. Sore hari (13/08/18) dilanjutkan dengan Lecture Seminar ke 2 berdiskusi mengenai “Advance Public in Digital Economy”. Terselenggaranya Lecture Seminar ini berkat kerjasama antara International Program for Islamic Economic and Finance (IPIEF) UMY dan Ilmu Pemerintahan UMY.
Tampil sebagai pembicara Diah S. Dewanti, PhD (Dosen International Program for Islamic Economic and Finance, UMY) and Assoc. Prof. Somnuek Panyasing (KKU). Assoc. Prof. Somnuek melalui risetnya menjelaskan mengenai “Collaborative Partnership and New Farm Management Facing Drought in the Northeast of Thailand”. Penelitian ini mencoba mendalami bentuk kolaboratif kemitraan di antara keluarga petani, lokal pemimpin ulama petani dan birokrasi setempat yang bertanggung jawab. Berhasil memperoleh temuan kolaboratif dan upaya kolektif untuk pengelolaan pertanian  mampu mengatasi kekeringan di timur laut Thailand.
Diah S. Dewanti, PhD yang merupakan doktor pada bidang ekonomi pembangunan sekaligus pakar manajemen sumberdaya alam banyak menjelaskan mengenai penelitiannya “enhancing disaster management by government and grassroots movement”. Kemampuan masyarakat lokal dalam mengoptimalkan sumberdaya yang ada dalam pengembangan obyek ekowisata di Ruang Sidang Direktur Pascasarjana lantai 1, Gedung Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Diah S. Dewanti, PhD memaparkan strategi dan upaya masyarakat lereng gunung Merapi, Yogyakarta menanggulangi bencana erupsi, melalui beberapa kolaborasi pemerintah dan masyarakat lokal. Selanjutnya tidak hanya itu, kemampuan grassroots menggagas ekowisata yang dikembangkan melalui komoditas salak.
“Tidak hanya menawarkan bagaimana menanam salak namun memahami perawatan hingga pengolahan salak, menjadi produk makanan yang inovatif. Ekowisata kebun salak yang dijalankan oleh petani menawarkan edukasi bagi wistawan sekaligus mampu memperluas pendapatan tidak hanya fokus pada hasil tanaman”, ungkap Diah S. Dewanti, PhD yang juga alumni dari Faculty of Humanities and Social Sciences, Khon Kaen University, Thailand
Berita dan Foto: Rido Argo Mukti